PANDUGA.ID, VATIKAN – Jelang pelaksanaan Conclave Vatikan pada 7 Mei 2025 untuk memilih Paus baru, sorotan tajam datang dari kelompok pemerhati kasus pelecehan seksual dalam Gereja Katolik asal Amerika Serikat, Bishop Accountability.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Mereka menyoroti dua nama kuat kandidat paus: Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina dan Kardinal Pietro Parolin dari Italia, yang disebut memiliki rekam jejak bermasalah terkait penanganan kasus pelecehan seksual.
Tagle Dinilai Gagal Dorong Transparansi di Filipina
Anne Barrett Doyle, Wakil Direktur Bishop Accountability, menyatakan bahwa Konferensi Waligereja Filipina (CBCP) tidak transparan dalam menangani kasus kekerasan seksual.
“Jika Kardinal Tagle tak bisa mendorong para uskup di negaranya untuk mempublikasikan pedoman penanganan kasus kekerasan seksual, bagaimana dia bisa dipercaya sebagai pemimpin gereja global?” ujar Doyle, Jumat (2/5), dikutip AFP.
Pihak CBCP membantah tudingan tersebut, menyatakan bahwa tanggung jawab atas dugaan pelanggaran seksual oleh klerus adalah wewenang uskup diosesan atau kepala biara, bukan tanggung jawab Tagle secara langsung.
CBCP juga menyebut bahwa Tagle telah berkontribusi menyusun pedoman soal pelecehan seksual semasa menjadi Uskup Agung Manila (2011–2019), meskipun dokumen tersebut belum ditemukan secara publik, termasuk oleh AFP.
Parolin Disebut “Penjaga Rahasia”
Doyle juga melontarkan kritik tajam kepada Kardinal Pietro Parolin, Sekretaris Negara Vatikan, yang menurutnya terlalu tertutup dan kurang transparan dalam isu pelecehan seksual.
“Harapan apa pun untuk transparansi seputar pelecehan seksual akan pupus total jika Parolin terpilih,” ungkap Doyle.
Parolin dikenal sebagai tokoh sentral dalam diplomasi Vatikan dan pengelolaan administratif Gereja, namun gaya kepemimpinannya yang sangat tertutup memicu kekhawatiran dari kelompok advokasi korban.
Pemilihan Paus Dimulai 7 Mei
Vatikan akan menggelar Conclave tertutup pada 7 Mei 2025, diikuti oleh 133 kardinal yang memenuhi syarat, termasuk Kardinal Suharyo dari Indonesia. Syarat utama bagi kardinal yang bisa memilih atau dipilih adalah berusia di bawah 80 tahun.
Para kardinal akan mengambil sumpah kerahasiaan dan menjalani proses pemilihan yang berlangsung secara tertutup di Sistine Chapel, hingga salah satu dari mereka terpilih sebagai Paus baru pengganti Paus Fransiskus.(CC-01)