PANDUGA.ID, JAKARTA – Pada tahun 2023, publik dikejutkan oleh kisah mengerikan dari Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Seorang penjual soto bernama Benget Situmorang diketahui menggunakan daging manusia dalam hidangan sotonya. Kasus ini menjadi salah satu peristiwa kriminal paling mengerikan yang pernah terjadi di Indonesia.
Soto dikenal sebagai makanan yang lezat dan menggugah selera, terutama saat disantap dalam cuaca dingin. Namun, bagaimana jika soto yang Anda makan ternyata berasal dari daging manusia? Kisah nyata ini mengingatkan kita pada film horor, tetapi faktanya benar-benar terjadi dan mengguncang masyarakat.
Awal Mula Benget Situmorang Berjualan Soto
Benget Situmorang adalah perantau asal Desa Ambarita, Samosir, Sumatera Utara, yang mencoba mengadu nasib di Jakarta. Awalnya, ia bekerja sebagai sopir bus Kopaja, hingga akhirnya bertemu dengan seorang wanita bernama Roini yang bekerja di Terminal Kampung Rambutan. Keduanya menikah pada tahun 2000, tetapi rumah tangga mereka penuh dengan kekerasan dan konflik, hingga akhirnya mereka diusir dari tempat tinggal oleh warga sekitar.
Benget kemudian menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Darna Sri Astuti. Tanpa mengakui status pernikahannya dengan Roini, Benget menikahi Astuti pada tahun 2011 setelah menceraikan Roini. Setelah menikah, ia beralih profesi menjadi pedagang soto Lamongan di belakang Terminal Kampung Rambutan. Kedainya ramai dikunjungi pelanggan karena selain menjual soto, ia juga menyediakan minuman keras.
Perselingkuhan dan Rencana Pembunuhan
Meskipun telah menikah dengan Astuti, Benget tidak meninggalkan kebiasaan buruknya. Ia mulai menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Tini, yang sudah memiliki suami dan anak. Untuk lebih dekat dengan Tini, Benget mempekerjakannya di kedai sotonya. Perselingkuhan ini akhirnya diketahui oleh Astuti, yang kemudian memicu konflik besar dalam rumah tangga mereka.
Astuti yang marah dan kecewa sering kali mendapat perlakuan kasar dari Benget. Akhirnya, Benget dan Tini merencanakan pembunuhan terhadap Astuti agar mereka bisa bebas menjalin hubungan tanpa gangguan.
Pembunuhan dan Mutilasi Astuti
Pada 1 Maret 2013, Benget memberi Astuti minuman keras hingga tidak sadarkan diri. Saat Astuti dalam keadaan lemah, Benget melakukan kekerasan terhadapnya. Astuti mencoba melawan, tetapi Benget semakin brutal hingga akhirnya ia meninggal dunia akibat luka-luka yang dideritanya.
Setelah memastikan Astuti tewas, Benget memutilasi tubuhnya dan menyimpan potongan tubuh tersebut dalam plastik di dalam kulkas kedainya. Tidak hanya itu, Benget dan Tini membuang beberapa bagian tubuh Astuti di sepanjang jalan tol Cikampek. Lebih mengerikan lagi, daging Astuti dijadikan bahan dalam soto yang mereka jual tanpa memberi tahu pelanggan bahwa itu adalah daging manusia.
Terbongkarnya Kejahatan Benget Situmorang
Kejahatan ini terbongkar setelah seorang saksi mata melaporkan aktivitas mencurigakan dari sebuah angkot merah yang terlihat membuang beberapa kantong plastik di berbagai tempat. Polisi yang melakukan penyelidikan menemukan potongan tubuh manusia dalam kantong tersebut dan segera mengusut kasus ini lebih dalam.
Setelah serangkaian penyelidikan, Benget dan Tini akhirnya ditangkap. Dalam interogasi, Benget mengakui semua perbuatannya, termasuk menjual soto dengan daging manusia kepada para pelanggannya. Pengakuan ini membuat publik terkejut dan semakin memperburuk citra kedai sotonya.
Hukuman bagi Pelaku
Benget Situmorang dijatuhi hukuman mati atas pembunuhan berencana terhadap Astuti. Sementara itu, Tini divonis 14 tahun penjara atas keterlibatannya dalam kejahatan tersebut. Namun, sebelum hukuman mati dilaksanakan, pada 3 November 2013, Benget meninggal dunia akibat penyakit tuberkulosis (TBC) akut saat menjalani persidangan.
Pelajaran dari Kasus Ini
Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan menjauhi tindakan kekerasan. Kejahatan yang dilakukan oleh Benget Situmorang tidak hanya mencoreng nilai moral, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi masyarakat yang pernah menjadi pelanggan kedainya.(CC-01)