PANDUGA.ID, BANYUMAS – Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jawa Tengah berhasil membongkar praktik pengoplosan gula ilegal berskala besar di Kabupaten Banyumas. Dalam kasus ini, polisi mengamankan pelaku berinisial MS (52), warga Cilongok, Banyumas, yang diketahui telah menjalankan praktik tersebut sejak tahun 2018.
Kepala Ditreskrimsus Polda Jateng Kombes Arif Budiman menjelaskan bahwa produksi gula oplosan ini mencapai 300 hingga 500 ton per bulan, dengan omzet sekitar Rp150 juta setiap bulannya.
“Awal Juli lalu, kami segel gudang produksi milik MS. Ia mencampur gula rafinasi dengan gula kristal putih reject pabrik, lalu mengemas ulang dengan karung bekas dari merek tertentu,” ujar Arif Budiman saat konferensi pers, Jumat (12/7/2025).
Gula Oplosan Diedarkan ke Jateng dan Jatim
Menurut Arif, gula oplosan tersebut kemudian diedarkan ke berbagai wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menggunakan merek-merek yang sudah dikenal masyarakat untuk menyamarkan kualitasnya.
Dari penggerebekan, petugas menyita:
-
1.442 karung gula oplosan seberat total 72 ton
-
3 unit mesin pengoplos (mixer)
-
2 mesin jahit karung
-
2 timbangan digital
Polda Jateng: Gula Tidak Layak Konsumsi dan Rugikan Konsumen
Arif menegaskan bahwa gula oplosan tersebut tidak layak konsumsi dan berbahaya bagi kesehatan, karena tidak melalui proses dan standar produksi yang sah. Selain itu, aksi ini juga merugikan produsen resmi dan menurunkan kepercayaan konsumen terhadap produk legal.
Kepala Bidang Humas Polda Jateng Kombes Artanto mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan kritis dalam membeli produk bahan pokok, terutama gula. Ia juga meminta masyarakat untuk melapor ke polisi jika menemukan produk yang mencurigakan.
“Jangan tergiur harga murah. Cek kualitas dan kemasannya. Laporkan jika menemukan produk yang tidak wajar,” ujarnya.
Produsen Resmi Gula Raja Gula Merasa Dirugikan
Kasus ini juga mendapat perhatian dari PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) atau ID Food, selaku produsen resmi merek Raja Gula. Direktur Manajemen Risiko dan Legal PT RNI, S Hidayat Safwan, menyatakan bahwa aksi pelaku telah merusak reputasi brand dan merugikan konsumen.
“Konsumen tidak mendapatkan kualitas sebagaimana mestinya. Ini merusak citra merek dan kepercayaan publik,” kata Hidayat.(CC-01)