PANDUGA.ID. JAKARTA – Densus 88 Antiteror Polri berhasil menangkap tiga tersangka teroris yang diduga terlibat dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Penangkapan ini dilakukan di dua wilayah berbeda, yakni Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Juru Bicara Densus 88 Antiteror, Kombes Pol Aswin Siregar, mengungkapkan ketiga tersangka berinisial RR, AS, dan MW. “Densus 88 Antiteror telah melakukan penegakan hukum terhadap tiga tersangka kelompok teror,” kata Aswin dalam keterangannya, Jumat (20/12).
Dua tersangka, RR dan AS, ditangkap secara bersamaan di Ampana Kota, Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, pada Kamis (19/12) pagi. Sementara tersangka MW ditangkap lebih awal, pada Rabu (4/9), di wilayah Bima, NTB.
Aswin menjelaskan bahwa RR dan AS merupakan anggota kelompok MIT yang sebelumnya dipimpin oleh Santoso dan Sabar Daeng Koro. RR diduga memiliki peran penting sebagai fasilitator bagi individu yang ingin bergabung dengan MIT untuk mengikuti pelatihan militer atau Tadrib Asykari.
“Tersangka RR ikut dalam pelatihan militer dengan materi bongkar pasang senjata api, teknik menembak, kamuflase, penguatan fisik, hingga pembuatan bahan peledak,” jelas Aswin.
Sementara itu, MW diduga terlibat dalam aksi penembakan di Desa Sepe, Lage, Poso, Sulawesi Tengah, yang menewaskan satu korban. Selain itu, MW berperan dalam mengirim logistik dan bahan peledak ke markas Daeng Koro di pegunungan Poso.
Tersangka AS juga terlibat dalam pelatihan militer di Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Pelatihan tersebut meliputi teori pembuatan bom, taktik perang, dan bongkar pasang senjata api. “AS juga sempat merencanakan aksi teror dengan sasaran bank di wilayah Poso dan Parigi pada akhir 2013,” tambah Aswin.
Dalam operasi ini, Densus 88 menyita sejumlah barang bukti, antara lain:
- Satu senapan PCP lengkap dengan tasnya.
- Satu pisau karambit beserta sarungnya.
- Satu handy talkie (HT).
- Satu set peralatan masak untuk kemping.
- Tiga buku bertema tauhid dan satu sarung senjata.
Aswin menegaskan bahwa penangkapan ini menunjukkan kelompok teror seperti MIT masih memiliki sisa-sisa jaringan di tengah masyarakat. Kelompok tersebut tidak hanya menimbulkan ancaman teror, tetapi juga berpotensi menyebarkan paham radikalisme.
“Densus 88 terus bekerja untuk memastikan bahwa ancaman dari kelompok radikal ini dapat diminimalisir demi menjaga keamanan masyarakat,” tutup Aswin. (CC02)