PANDUGA.ID, JAKARTA — Perekonomian Indonesia menghadapi tantangan berat. Setelah hanya tumbuh 4,87 persen pada kuartal I-2025, kini pertumbuhan ekonomi nasional diprediksi kembali melemah ke level 4,80 persen di kuartal II, menurut survei Bloomberg terhadap 31 ekonom.
Jika prediksi ini benar, maka Indonesia mengalami perlambatan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut, dan secara teknikal berpotensi masuk ke zona resesi ekonomi.
Ancaman Resesi Mulai Terlihat
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat bahwa produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I-2025 mengalami kontraksi 0,98 persen dibanding kuartal sebelumnya. Jika pada kuartal II terjadi kontraksi lagi, maka Indonesia akan resmi masuk ke dalam resesi teknikal.
Perlambatan ini memperberat tugas Tim Ekonomi Kabinet Merah Putih (KMP) untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang dipatok sebesar 5,2 persen. Terlebih, Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa menembus 8 persen dalam masa kepemimpinannya.
Daya Beli Melemah, Ekspor Tertekan Tarif AS
Salah satu penyebab utama perlambatan ekonomi adalah menurunnya daya beli masyarakat, yang selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan. Selain itu, penerapan tarif resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, turut menekan ekspor Indonesia.
Pemerintah Tetap Optimistis
Meski situasi ekonomi memburuk, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tetap menunjukkan optimisme. Ia menyatakan bahwa pemerintah telah meluncurkan enam paket stimulus berupa insentif dan diskon tarif untuk menjaga daya beli masyarakat.
“Kita harapkan anggaran pemerintah sudah berjalan dan bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi,” ujar Airlangga, Senin (5/5/2025).
Ia juga mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di bawah Vietnam yang mencapai 6,93 persen, namun tetap berada di posisi kuat dalam kelompok negara G20.
“Di bawah China yang tumbuh 5,4 persen, kita masih di atas Malaysia, Singapura, dan Spanyol,” tambahnya.
Dibandingkan Tahun Lalu
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 sebesar 4,87 persen tercatat lebih rendah dibanding kuartal I-2024 yang mencapai 5,11 persen, dan juga menurun dari kuartal IV-2024 sebesar 5,02 persen.
Kondisi ini menjadi sinyal penting bahwa pemulihan ekonomi pasca-pandemi dan dinamika global masih menghadapi hambatan serius yang memerlukan respons cepat dan tepat dari pemerintah.(CC-01)