PANDUGA.ID, WASHINGTON – Dalam salah satu operasi militer terbesar sejak Perang Teluk, militer Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir utama Iran dalam misi rahasia bernama Midnight Hammer. Misi ini menandai eskalasi tajam dalam konflik antara AS dan Iran, sekaligus menjadi unjuk kekuatan teknologi dan taktik militer paling canggih AS hingga kini.
Strategi Siluman: Serangan Dimulai dari Missouri, Bukan Guam
Sebelum serangan terjadi pada Minggu (22/6), sejumlah pesawat pengebom B-2 Spirit lepas landas dari pangkalan Whiteman, Missouri. Sinyal semu yang memperlihatkan arah penerbangan ke Guam ternyata hanya strategi pengalihan.
Faktanya, tujuh bomber B-2 bersayap kelelawar terbang langsung ke arah timur menuju Iran, menempuh waktu hingga 18 jam tanpa terdeteksi radar Iran.
Fase Serangan: Rudal Tomahawk & GBU-57 Bunker Buster
-
Serangan dibuka dengan 20 rudal jelajah Tomahawk yang diluncurkan dari kapal selam AS di kawasan Teluk Persia.
-
Disusul manuver pesawat tempur pengalih untuk mendeteksi sistem pertahanan Iran.
-
B-2 Spirit kemudian menjatuhkan 14 bom GBU-57 ‘Massive Ordnance Penetrator’—senjata penghancur bunker seberat 13 ton—ke situs nuklir Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Menurut Pentagon, tidak ada satu pun pesawat AS yang tertembak atau dideteksi radar Iran.
“Pesawat Iran tidak sempat terbang. Rudal permukaan-ke-udara mereka tidak aktif. Misi kami tetap dalam unsur kejutan total,” kata Jenderal Dan Caine, Ketua Gabungan Kepala Staf AS.
Jumlah Kekuatan: 125 Pesawat Terlibat
Misi ini melibatkan lebih dari 125 aset udara militer AS, menjadikannya salah satu operasi udara paling besar dan kompleks pasca-Perang Irak. Bahkan, banyak pejabat senior AS dikabarkan baru mengetahui serangan itu dari unggahan Presiden Donald Trump di platform X pada Sabtu malam waktu Washington.
Kerusakan di Iran dan Ancaman Balasan
Penilaian awal menunjukkan bahwa ketiga fasilitas nuklir Iran mengalami kehancuran berat. Meski begitu, belum ada pernyataan resmi dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terkait dampak teknis terhadap program nuklir Iran.
Sebagai tanggapan, Iran mengancam akan membalas serangan tersebut. Ali Akbar Velayati, penasihat senior Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan bahwa semua pangkalan militer AS di Timur Tengah kini menjadi target sah.
“Setiap negara yang mengizinkan wilayahnya digunakan untuk menyerang Iran akan kami anggap sebagai musuh dan target militer sah,” tegas Velayati dalam siaran IRNA.(CC-01)