PANDUGA.ID, PALANGKA RAYA – Indonesia menghadapi kerugian ekonomi yang sangat besar akibat gangguan dari organisasi kemasyarakatan (ormas) bermasalah dan aksi premanisme, yang disebut-sebut telah menghambat masuknya investasi hingga hampir Rp 900 triliun.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri RI, Bahtiar, dalam Rapat Koordinasi Pembentukan Satgas Terpadu Penanganan Premanisme dan Ormas Bermasalah yang digelar di Hotel Best Western, Palangka Raya, Jumat (13/6/2025).
“Gangguan dari gerakan-gerakan premanisme dan ormas yang menyalahgunakan fungsi, itu mengganggu investasi kita. Kerugiannya hampir Rp 900 triliun, data dari Kementerian Investasi,” tegas Bahtiar.
Investasi Jadi Korban, APBN Tertekan
Bahtiar menyayangkan besarnya potensi kerugian tersebut, terutama di tengah keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ia menekankan bahwa investasi adalah kunci utama pertumbuhan ekonomi daerah dan penciptaan lapangan kerja.
“Membangun daerah tidak mungkin tanpa investasi. Investasi menciptakan usaha dan lapangan kerja untuk rakyat,” ujarnya.
Investor Lari ke Negara Tetangga
Dalam sambutannya, Bahtiar mengingatkan bahwa gangguan ormas dan aksi premanisme bisa membuat para investor asing dan lokal memilih negara lain yang lebih aman secara hukum dan sosial.
“Negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand kini jadi pilihan investor karena memberikan kepastian hukum,” jelasnya.
Oknum Ormas Dipakai untuk Memalak Pengusaha
Bahtiar juga mengungkap bahwa banyak pengusaha menjadi korban pemalakan oleh oknum yang mengatasnamakan ormas. Aksi seperti ini merusak iklim investasi dan melemahkan daya saing Indonesia di mata global.
“Belum mulai kerja sudah dipalakin, ini gangguan nyata. Stabilitas kita terganggu, peluang jadi negara maju ikut hilang,” katanya.(CC-01)