PANDUGA.ID, BANDUNG – Atlet taekwondo asal Bandung, Fidya Kamalinda, akhirnya muncul setelah 10 tahun dinyatakan hilang. Melalui sebuah video yang diunggah di akun Instagram @ryukijanessa, Fidya mengungkapkan fakta sebenarnya di balik kepergiannya, yang selama ini disalahpahami oleh publik.
Dalam klarifikasinya, Fidya menegaskan bahwa ia tidak diculik, melainkan memilih pergi sendiri karena mengalami tekanan berat dari keluarga, terutama dari ayahnya.
Pengakuan Fidya: Kekerasan dan Tekanan Sejak Kecil
Fidya mengungkapkan bahwa sejak usia 5 tahun, ia sudah mengalami kekerasan fisik dan verbal dari ayahnya.
“Saya pernah dijambak, ditendang, dan diseret oleh bapak saya sendiri sejak kecil, dan itu berlanjut bertahun-tahun.”
Selain kekerasan, Fidya juga merasa terperangkap dalam ekspektasi tinggi keluarganya di dunia taekwondo. Ia dipaksa menjalani ritual mandi bunga dan air doa sebelum bertanding, yang membuatnya semakin tertekan.
Kekalahan di Pekan Olahraga Daerah (Porda) 2014 semakin memperburuk mentalnya. Ditambah lagi, uang hadiah dari setiap kejuaraan tidak pernah ia terima, karena diambil oleh orang tuanya.
“Untuk membiayai kuliah, saya harus berjualan online karena uang hadiah dari kejuaraan diambil orang tua.”
Keputusan Pergi dan Memulai Kehidupan Baru
Pada usia 21 tahun, Fidya akhirnya memilih untuk pergi dan hidup mandiri.
“Saya merasa sudah cukup lelah. Saya berhak atas hidup saya sendiri.”
Setelah pergi, Fidya menikah dengan seorang pria tanpa melibatkan orang tuanya, dengan wali hakim di Bekasi. Kini, ia sudah memiliki anak dan hidup tenang bersama keluarganya.
Meskipun sempat dimediasi oleh Polda Jabar dan bertemu keluarga di Disdukcapil Kota Bandung, Fidya tetap memilih tidak kembali, karena tidak merasa nyaman.
Ia juga membantah isu adanya permintaan tebusan Rp50 juta sebagai syarat untuk kembali ke rumah.
“Tebusan Rp50 juta itu hoaks dan fitnah.”
Harapan Fidya: “Saya Hanya Ingin Hidup Tenang”
Fidya berharap klarifikasi ini dapat menghentikan spekulasi tentang kepergiannya. Ia hanya ingin menjalani hidup dengan damai, tanpa gangguan dari masa lalunya.
“Saya tetap mendoakan babeh dan mamah. Semoga kalian baik-baik saja di sana.”
Dengan pengakuan ini, Fidya ingin agar publik tidak lagi salah paham dan memberinya ruang untuk hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.(CC-01)