PANDUGA.ID, JAKARTA – Gelombang PHK yang terjadi di industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), tak kunjung surut.
Padahal, anggaran pemerintah untuk insentif restrukturisasi mesin telah terserap nyaris 100 persen pada 2023.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengatakan, program tersebut belum optimal.
Pasalnya anggaran yang minim yakni Rp 4,36 miliar untuk 13 perusahaan kain dan percetakan tahun lalu.
Sebelum 2016, anggarannya di atas Rp 300 miliar sehingga mampu mendorong investasi.
“Jika atensi pemerintah seperti 2 tahun belakangan ini, industri TPT akan kian terpuruk. Saat ini, setiap minggu ada PHK dan banyak pabrik yang tutup,” terangnya, Rabu (17/1/2024).
Sementara itu, Sekjen APSyFI, Farhan Aqil mengatakan, program restrukturisasi mesin berdampak pada nilai tambah produk.
Namun, penyerapan tenaga kerja masih akan terus berkurang lantaran permintaan pasar yang terus merosot.
Hampir setiap bulan, asosiasi menerima laporan minimal 1 perusahaan berhenti produksi.
Data KSPN menunjukkan periode Januari-November 2023, PHK terjadi di 8 perusahaan dan berdampak pada 7.300 karyawan.
“Sejak 2022, anggota KSPN yang terkena PHK mencapai 56.976 karyawan dari 36 perusahaan,” imbuhnya.(CC-01)