PANDUGA.ID, PEKALONGAN — Pakar toksikologi Kementerian Kesehatan RI, dr. Tri Maharani, turun langsung meninjau kondisi Rafa (11), bocah asal Pekalongan yang sudah dua pekan dalam kondisi koma akibat gigitan ular weling. Tri menyatakan pihaknya berupaya agar Rafa bisa melewati masa kritis tanpa mengalami kecacatan permanen.
Tri tiba di RSI Pekajangan, Kabupaten Pekalongan, Sabtu (28/6/2025) pukul 03.00 WIB. Ia langsung menuju ruang ICU untuk memantau kondisi Rafa.
“Ke depannya adalah kalau bisa pasien ini kita bantu supaya bisa melewati masa-masa komanya dan dia tidak mengalami sekuel kecacatan, bisa sekolah lagi,” ujar Tri usai menghadiri sosialisasi penanganan kegawatdaruratan gigitan ular di RSI Pekajangan.
Tri mencontohkan kasus serupa di Kulon Progo, Yogyakarta, di mana korban gigitan ular bisa pulih dan kembali bersekolah.
“Seperti kasus yang kemarin ada di Kulon Progo yang berhasil sekolah lagi,” imbuhnya.
Saat menjenguk Rafa pada Sabtu dini hari, Tri melihat adanya perkembangan positif. Rafa sempat merespons dengan gerakan kaki. Selain itu, kondisi urin yang sebelumnya gelap kini telah kembali jernih.
“Yang kemarin sempat kaki respons bergerak-gerak, tadi malam belum ada lagi. Tapi untuk urinnya yang kemarin merah kehitaman, sekarang sudah jernih kembali. Ini menunjukkan progres, meski masih butuh waktu,” katanya.
Tri menjelaskan bahwa pemulihan korban gigitan ular berbisa memang tidak instan. Ia menegaskan Rafa sudah mendapatkan suntikan antivenom.
“Kita berharap kelumpuhan di organ-organ bisa membaik dan berfungsi normal kembali, sehingga kerusakan akibat bisa ular bisa teratasi,” tuturnya.
Sebelumnya, Rafa digigit ular weling saat tidur di rumahnya. Ia sempat dibawa ke RSUD Kajen dan kemudian dipulangkan. Dalam perjalanan pulang, kondisi Rafa memburuk hingga kejang-kejang dan dilarikan ke RSI Pekajangan, tempat ia kini dirawat intensif di ruang ICU.
Pihak keluarga menuding RSUD Kajen melakukan salah diagnosis. Namun pihak rumah sakit mengklaim sudah menangani sesuai prosedur medis.(CC-01)